Senin, 06 Desember 2010

ENTEPRENURSHIP? INI GAYA BOB!


Bob Sadino,sosok unik yang  sangat terkenal di kalangan pengusaha hingga layar kaca. Cara hidupnya menarik untuk ditelusuri dari jadi supir taksi, kuli bangunan, hingga akhirnya jualan telur ayam, ayam broiler, dan sayuran, dari sini ia kemudian membangun Kemchick supermarket, dan Kemfood untuk industri daging olah. Total karyawannya 1600 orang dan diperlakukan seperti anak sendiri. Ia, mengaku tidak punya tips atas apa yang orang kira sukses atas dirinya.
Dalam manajemen kita selalu diajari konsep POAC (Plan, Organizing, Actuating, Controlling) tetapi bagi Bob Sadino hidup dan bisnis jalannya zig-zag, tidak ada yang lurus dan berurutan. Sayangnya, rencana-rencana itulah yang diajarkan di sekolah. Lebih dalam pandangannya, rencana adalah racun, tentunya statement ini akan membuat kita kaget.
Berikut perjalanan hidup Bob Sadino :
Tahun 1968 di Jakarta Lyod, tahun 1968-1969 jadi supir taksi, tahun 1969-1970 jadi kuli bangunan. Kemudian  menjadi orang yang pertama yang mengenalkan telur untuk bangsa ini pada tahun 1970. Beberapa minggu kemudian mengenalkan ayam pedaging. Istilahnya ayam broiler, semua itu bukan karena ide dan perencanaan tetapi terjadi begitu saja, dan bibitnya dari Belanda (ia melihat telur ayam kampung local begitu kecil, sedangkan telur sekarang lebih besar dan berwarna putih), cara memperkenalkannya sederhana, pak Bob dan ibu menjajakan telur yang terbungkus plastik dengan mengetuk pintu rumah penduduk.Awalnya telur itu tidak laku karena berbeda. Mereka hanya tahu telur ayam kampung. Tapi untungnya di Kemang sudah ada warga negara asing sehingga langsung dibeli telurnya dan dari situ bergulir.
Tahun 1982. Pak Bob adalah orang pertama yang mengenalkan sistem penanaman hidroponik. Sekaligus membuka wawasan kita tentang sayur mayur Eropa dan jenis Jepang untuk Indonesia. Tantangannya adalah apa yang beliau tanam belum ada pasarnya. Dari jagung manis, Melon,  Terong Jepang, Timun Jepang, Paprika, dan lainnya. Jadi beliau secara sabar  memperkenalkan sekaligus menciptakan pasarnya. Mengaku tidak sekolah tinggi, beliau hanya memperkenalkan pada masyarakat dan setelah itu menjadi langganan, untuk kemudian mereka merekomendasi.Terakhir beliau tidak lagi menekuni hidroponik kecuali mengurusi pasarnya saja apalagi Jepang meminta dengan banyak produk lokal.
Bicara soal memimpin 1600 karyawan pak Bob berkata industry ini telah ditekuninya hampir 35 tahun dan semua itu tumbuh besar bersamanya hingga satu ketika ia menunjuk seseorang untuk melakukan rutinitas, baginya sangat penting mengerti pekerjaan dan menekuninya. Kata-kata beliau dalam wawancara di Kolom Enterpreneur cyberMQ yang terkesan mendalam adalah :
Orang-orang tanya kunci sukses saya? Memangnya suskes hanya sebuah kunci? Sesederhana itu? Apa yang harus saya katakan kepada mereka? Karena saya mengalir saja. Karena saya bukan pendidik, saya bukan ahli manajemen. Bagaimana saya bisa memberi tahu orang lain? 35 tahun, macam-macam pengalamannya. Saya tidak bisa menceritakan apa-apa karena saya tidak mau mereka menjadi saya. Mereka tidak tahu kepahitan yang harus saya telan. Kalo saya beri nasihat ke mereka, masa saya bilang telanlah kepahitan itu!

Saya tidak mau karena saya tidak mau merendahkan mereka. Ketika Anda meniru jejak saya, Anda tak lebih dari mesin fotokopi. Saya tidak mau Anda jadi fotokopi saya. Jadilah diri sendiri. Hina sekali Anda jadi fotokopinya Bob Sadino. Kalau ada orang yang bertanya pada saya, saya bilang Ya jalankan saja. Alami saja pengalaman yang Anda alami. Saya tidak mau dia mengalami pengalaman yang saya alami karena bukannya tidak mungkin pengalaman saya selama ini hanya pengalaman pahit. Masa saya hanya membagi pengalaman pahit? Bagi saya, apapun bisa jadi peluang. Orang seperti saya melihat peluang tidak ada batasnya. Batasnya langit, tidak ada batasnya. Tergantung Anda, semua jadi peluang. Jadi mungkin bisa sejuta peluang atau semilyar peluang. Batasnya langit, itulah peluang bagi saya.
Saya pengambil risiko. Dan ketika saya mengambil risiko, saya ambil risiko sebesar-besarnya. Saya tidak mau resiko yang kecil. Di saat orang memperkecil risiko, bebas dong, kalo dia mengambil resiko kecil, apa yang dia dapet juga kecil. Semakin kecil risikonya semakin kecil yang ia dapat.Makanya saya ambil risiko sebesar-besarnya. Kewajiban saya mengubah risiko itu menjadi sesuatu yang lain. Dengan kata lain, kita ubah menjadi duit. Iya kan? Tapi saya ga nuntut risiko jadi duit. Saya ubah resiko jadi apa saja. Yang mudah bagaimana risiko itu jadi duit. Jadi risiko kecil kalo diubah jadi duit, ya kecil juga dong. Kenapa orang-orang itu memperkecil resiko? Tidak usah dijawab. Saya tidak butuh jawaban, bagi saya aneh kalo orang mengambil risiko kecil.
Memenuhi permintaan yang jelas itu normal. Tapi bagaimana menciptakan permintaan, itu baru. Entrepreneur harus begitu. Tidak ada pasar melon, saya tanam melon. Tidak ada pasar jagung manis, saya tanam jagung manis. Ketika saya pasarkan telor, pasarnya belum ada. Tidak ada pasar ayam broiler.